KURIKULUM 1968, 1975, 1984, dan 1994
A. Persamaan
1. Dirancang berdasarkan
landasan yang sama,
yaitu Pancasila dan
UUD 1945.
2. Tujuan dan isi kurikulum diarahkan untuk mencapai
tujuan pendidikan pada setiap tahunnya.
3. Peningkatan mutu pendidikan mencakup pengembangan
dimensi manusia seutuhnya yakni aspek-aspek
moral, ahlak, budi pekerti, perilaku,
pengetahuan, kesehatan, ketrampilan, dan seni
yang bermuara pada peningkatan dan pengembangan kecakapan hidup yang diwujudkan
melalui pencapaian kompetensi peserta didik.
B. Perbedaan
a. Kurikulum 1968
“Membentuk manusia
Pancasilais sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan seperti yang dikehendaki
oleh pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dan isi Undang-Undang Dasar 1945”.
b. Kurikulum 1975
“Membentuk manusia
pembangunan yang berpancasila dan membentuk manusia Indonesia yang sehat
jasmani dan rohani, memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan
kreativitas dan tanggung jawab, dapat menyuburkan sikap demokrasi dan penuh
tenggang rasa, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi
pekerti yang luhur, mencintai bangsanya dan mencintai sesama manusia sesuai
dengan ketentuan yang bermaktub dalam Undang-Undang Dasar 1945”.
c. Kurikulum 1984
“Meningkatkan
ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan keterampilan,
mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat
kebangsaan dan cinta tanah airagar dapat menumbuhkan manusia-manusia
pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung
jawab atas pembangunan bangsa”.
d. Kurikulum1994
“Mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia
yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti
luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan
dan kebangsaan”.
2.
Tujuan Pendidikan Sekolah Dasar
a. Kurikulum 1968
1) Membentuk
manusia Pancasila sejati
2)Mempertinggi mental, moral, budi pekerti, dan
memperkuat keyakinan agama.
3)Mempertinggi kecerdasan dan keterampilan.
4)Membina/ mempertimbangkan fisik yang kuat dan sehat.
b. Kurikulum 1975
Kurikulum
1975 menekankan pada
tujuan, agar pendidikan
lebih efisien dan efektif.
“Yang melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu MBO
(management by objective)
yang terkenal saat
itu.
Kurikulum
1975 secara umum mengharapkan
lulusannya :
1) Memiliki sifat-sifat dasar sebagai warga negara yang
baik.
2) Sehat jasmani dan rohani.
3) Memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap dasar
yang diperlukan untuk melanjutkan pekerjaan, bekerja di masyarakat, dan
mengembangkan, diri sesuai dengan asa pendidikan seumur hidup.
c. Kurikulum 1984
1) Mendidik murid agar menjadi manusia Indonesia
seutuhnya berdasarkan Pancasila yang mampu membangun dirinya sendiri dan ikut
bertanggung jawab terhadap pembangunan bangsa.
2) Memberi bekal kemampuan yang diperlukan bagi murid
untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.
3) Memberikan kemampuan dasar untuk hidup di masyarakat
dan mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan
lingkungannya.
d. Kurikulum1994
1) Mencapai tujuan pendidikan nasional dengan
memperhatikan tiap perkembangan siswa dan kesesuaian dengan lingkungan,
kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
serta kesenian.
2) Menekankan kemampuan dan keterampilan dasar
baca-tulis-hitung (calistung), sebab kemampuan tersebut merupakan kemampuan
awal yang akan mempengaruhi kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
lebih jauh.
3.
Ciri-ciri
a.Kurikulum 1968
1) Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Mashuri, SH (1968-1973).
2) Sifat
kurikulum correlated subject.
3) Jumlah
mata pelajaran SD 10 bidang
studi, SMP 18 bidang studi (Bahasa Indonesia
dibedakan atas Bahasa Indonesia I dan II), dan SMA
jurusan A 18 bidang
studi.
4) Penjurusan
di SMA dilakukan di kelas II, dan disederhanakan menjadi dua jurusan, yaitu
Sastra Sosial Budaya dan Ilmu Pasti Pengetahuan Alam (PASPAL).
b.
Kurikulum
1975
1) Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Mashuri, SH (1968 – 1973).
2) Sifat
kurikulum Integrated Curriculum Organization.
3) Jumlah bidang studi di
SD ada 9
bidang studi, SMP ada 11 bidang studi, dan SMA ada 11 bidang studi.
4) Penjurusan
di SMA dibagi atas 3 jurusan, yaitu
: jurusan IPA, IPS dan Bahasa. Penjurusan
dimulai di kelas I pada permulaan semester II.
c.
Kurikulum
1984
1) Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Dr. Nugroho Notosusanto (1983-1985).
2) Sifat
kurikulum content based curriculum
3) Jumlah mata
pelajaran di SD mencakup
11 mata pelajaran, SMP ada 11 mata
pelajaran, dan SMA ada 15 bidang studi untuk program
inti dan 4 bidang studi untuk program pilihan
4) Penjurusan
di SMA dibagi atas 5 (lima) jurusan, yaitu : program A1 (ilmu fisika), program A2 (ilmu biologi),
program A3 (ilmu sosial), program A4 (ilmu budaya), program A5 (ilmu agama).
d.
Kurikulum
1994
1) Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan adalah Prof. Dr. Ing. Wadiman Djoyonegoro
(1993-1998).
2) Sifat
kurikulum objective based curriculum
3) Nama SMP
dan SLTP kejuruan diganti menjadi SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama) dan nama SMA diganti SMU (Sekolah
Menengah Umum)
4) Jumlah mata
pelajaran di SD ada 9 mata pelajaran, SLTP ada
13 mata pelajaran, dan SMU ada 10 mata pelajaran.
5) Penjurusan
di SMU dilakukan di kelas II dan dibagi
atas tiga jurusan, yaitu jurusan IPA, IPS, dan Bahasa.
6) SMK
memperkenalkan program pendidikan sistem ganda (PSG)
4.
Mata Pelajaran di Sekolah Dasar
a. Kurikulum 1968
Ada tiga kelompok besar mata pelajaran, yaitu :
1. Kelompok Pembinaan Jiwa Pancasila, meliputi pelajaran
:
a) Pendidikan Agama
b) Pendidikan Kewargaan Negara
c) Pendidikan Bahasa Indonesia
d) Bahasa Daerah
e) Olahraga
2.Kelompok Pembinaan Pengetahuan dasar, meliputi
pelajaran:
a) Berhitung
b) Ilmu Pengetahuan Alam
c) Pendidikan Kesenian
d) Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, termasuk ilmu
kesehatan
3.Kelompok Pembinaan Kecakapan Khusus, meliputi
pelajaran:
a)Kejuruan Agraria (pertanian, peternakan, dan
perikanan)
b) Kejuruan Teknik (pekerjaan tangan dan perbengkelan)
c) Kejuruan Ketatalaksanaan atau Jasa (koperasi dan
tabungan)
ö Semua mata pelajaran diberikan sejak kelas I, kecuali
pelajaran Pendidikan Bahasa Indonesia yang diberikan mulai kelas III (bagi
sekolah-sekolah yang menggunakan bahasa daerah sabagai bahasa pengantar di
kelas I dan II)
b. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 mencakup 9 bidang studi, yaitu :
1. Agama
2. Pendidikan Moral Pancasila
3. Bahasa Indonesia
4. Ilmu Pengetahuan Sosial
5. Matematika
6. Ilmu Pengetahuan Alam
7. Olahraga dan Kesehatan
8. Kesenian
9. Keterampilan Khusus
ö Bidang studi Ilmu Pengetahuan Sosial tidak diberikan
di kelas I dan II melainkan baru diberikan mulai kelas III.
ö Pendidikan Kesejahteraan Keluarga dan Pendidikan
Kependudukan diintegrasikan ke dalam beberapa bidang studi yang relevan.
ö Bahasa Daerah merupakan bagian dari bidang studi
Bahasa Indonesia, khusus bagi sekolah di daerah yang memerlukan pelajaran
Bahasa Daerah.
c. Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mencakup 11 mata pelajaran, yaitu :
1. Pendidikan Agama
2. Pendidikan Moral Pancasila
3. Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa
4. Bahasa Indonesia
5. Matematika
6. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
7. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
8. Olahraga dan Kesehatan
9. Pendidikan Kesenian
10. Keterampilan Khusus
11. Bahasa Daerah
ö Mata pelajaran Matematika tidak diberikan pada kelas I
dan II melainkan baru diberikan mulai kelas III.
ö Pelajaran Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa
diberikan hanya pada caturwulan ke-3 setiap tahunnya.
ö Pelajaran Bahasa Daerah diberikan bagi daerah atau
sekolah yang memberikan pelajaran Bahasa Daerah.
d. Kurikulum1994
Kurikulum 1994 mencakup 9 mata
pelajaran, yaitu :
1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
2. Pendidikan Agama
3. Bahasa Indonesia
4. Matematika
5. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
6. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
7. Kerajinan Tangan dan Kesenian
8. Pensisikan Jasmani dan Kesehatan
9. Muatan Lokal
ö Khusus mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) tidak diberikan di kelas I dan II melainkan mulai
diberikan di kelas III.
5.Alokasi Waktu
a. Kurikulum 1968
Kelas I
dan II : 28 jam pelajaran, masing-masing jam pelajaran 30 menit.
Kelas
III, IV, V, dan VI : 40 jam pelajaran, masing-masing jam
pelajaran 40 menit.
b. Kurikulum 1975
Kelas I : 26 jam pelajaran
Kelas II : 26 jam pelajaran
Kelas III : 33 jam pelajaran
Kelas IV : 36 jam pelajaran
Kelas V : 36 jam pelajaran
Kelas VI : 36 jam pelajaran
c. Kurikulum 1984
Kelas I : 28 jam pelajaran (ada Bahasa Daerah), 26 jam
pelajaran (tanpa Bahasa Daerah)
Kelas II : 28 jam pelajaran (ada Bahasa Daerah), 26 jam
pelajaran (tanpa Bahasa Daerah)
Kelas III : 35 jam pelajaran (ada Bahasa Daerah), 33 jam
pelajaran (tanpa Bahasa Daerah)
Kelas IV : 38 jam pelajaran (ada Bahasa Daerah), 36 jam
pelajaran (tanpa Bahasa Daerah)
Kelas V : 38 jam pelajaran (ada Bahasa Daerah), 36 jam
pelajaran (tanpa Bahasa Daerah)
Kelas VI : 38 jam pelajaran (ada Bahasa Daerah), 36 jam
pelajaran (tanpa Bahasa Daerah)
Pelajaran Bahasa Indonesia
pada catur wulan ke-1 dan ke-2 ada 8 jam pelajaran, sedangkan caturwulan ke-3
ada 7 jam pelajaran.
d. Kurikulum1994
Kelas I : 30 jam pelajaran
Kelas II : 30 jam pelajaran
Kelas III : 38 jam pelajaran
Kelas IV : 40 jam pelajaran
Kelas V : 42 jam pelajaran
Kelas VI : 42 jam pelajaran
6.
Materi
a. Kurikulum 1968
Muatan
materi pelajaran bersifat teoritis, tidak
mengkaitkan dengan permasalahan faktual dilapangan. Titik beratnya pada materi
apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan.
b. Kurikulum 1975
Materi pengajaran dirinci dalam
Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI)
yang pada saat itu dikenal dengan “Satuan Pelajaran”.
c. Kurikulum 1984
Pada kurikulum 1984 ada penyederhanaan
materi pada setiap mata pelajaran sehingga mencakup materi yang penting-penting
saja.
Materi pelajaran dikemas dengan nenggunakan pendekatan spiral.
Spiral adalah pendekatan yang digunakan dalam pengemasan bahan ajar berdasarkan
kedalaman dan keluasan materi pelajaran. Semakin tinggi kelas dan jenjang
sekolah, semakin dalam dan luas materi pelajaran yang diberikan.
Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau
kematangan siswa. Pemberian materi pelajaran berdasarkan tingkat kematangan
mental siswa dan penyajian pada jenjang sekolah dasar harus melalui pendekatan
konkret, semikonkret, semiabstrak, dan abstrak dengan menggunakan pendekatan
induktif dari contoh-contoh ke kesimpulan. Dari yang mudah menuju ke sukar dan
dari sederhana menuju ke kompleks.
Pelaksanaan
pembelajaran muatan lokal dipadukan ke berbagai bidang studi seperti IPA, IPS,
Bahasa Indonesia, Kesenian.
d. Kurikulum1994
Materi
pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan tingkat
perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait dengan
aplikasi kehidupan sehari-hari.
Materi
muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing. Berbagai
kepentingan kelompok-kelompok masyarakat juga mendesakkan agar isu-isu tertentu
masuk dalam kurikulum. Alhasil, kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum yang
super padat.
7.Pembelajaran
a. Kurikulum 1968
Metode pembelajarannya banyak dipengaruhi teori
psikologi unsur. Penerapan metode eja
pada pelajaran bahasa Indonesia, anak juga harus belajar melalui
unsur-unsur lebih dahulu. Metode ini menjadi bertolak belakang ketika
pemerintah mengenalkan
matematika modern 1971. Padahal guru hanya menguasai ilmu hitung.
b. Kurikulum 1975
Metode, materi dan tujuan pengajaran dirinci dalam
Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal dengan
istilah “Satuan Pelajaran”. Setiap
pelajaran dijabarkan kedalam “Tujuan
Kurikuler”. Setiap pokok bahasan mata pelajaran diurai menjadi ” Tujuan
Instruksional Umum”. Kemudian dari pokok bahsan ini dijabarkan kedalam satu
bahasan yang melahirkan sejumlah tujuan instruksional khusus.
Kurikulum 1975 menganut pendekatan
yang berorientasi pada tujuan, pendekatan integratif, pendekatan sistem, dan
pendekatan ekosistem.
ö Pendekatan yang berorientasi pada tujuan, maksudnya
bahwa semua komponen kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan, yaitu tujuan
pendidikan nasional, tujuan institusional (tujuan Sekolah Dasar), tujuan
kurikuler (tujuan bidang studi), dan tujuan intruksional (tujuan umum dan
khusus).
ö Pendekatan integratif, menekankan adanya keterpaduan
atau kesatuan dari keseluruhan sistem pengajaran.
ö Pendekatan sistem, dimaksudkan bahwa kurikulum
merupakan suatu totalitas yang memiliki berbagai komponen yang saling
berinteraksi dan saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan.
ö Pendekatan ekosistem, maksudnya bahwa kurikulum
senantiasa berorientasi atau didasarkan kepada tuntutan kehidupan dalam
masyarakat yang sedang membangun.
Kurikulum 1975 juga menganut prinsip
relevansi, prinsip efisiensi-efektivitas, prinsip fleksibilitas, prinsip
kontinuitas, dan prinsip pendidikan sumur hidup.
ö Prinsip
relevansi
Suatu sistem pendidikan hanya akan
bermakna apabila kurikulum yang dipergunakan relevan dengan kebutuhan dan
tuntutan lapangan kerja.
ö Prinsip
efisiensi dan efektifitas
Kurikulum
1975/ 1976 menekankan kepada efisensi dan efektifitas penggunaan dana, daya dan
waktu.
ö Prinsip
fleksibilitas
Pelaksanaan
suatu program hendaknya didasarkan dengan mempertimbangkan faktor- faktor
ekosistem dan kemampuan penyediaan fasilitas yang menunjang terlaksananya
program.
ö Prinsip
berkesinambungan/ kontinuitas
Sesuai dengan tujuan
institusional, siap mempersiapkan para siswa untuk berkembang menjadi warga
masyarkat, tetapi juga dipersiapkan untuk mampu melanjutkan kesetiap jenjang
pendidikan.
ö Prinsip
pendidikan seumur hidup
Dalam
GBHN telah dirumuskan bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup. Pendidikan
para siswa tidak cukup hanya di sekolah saja, sekalipun kesempatan belajar yang
luas dan penting, melainkan harus dilanjutkan kemasyarakat.
c. Kurikulum 1984
Pada
kurikulum 1984 guru dalam mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan belajar
mengajar serta menentukan cara penilaian sendiri secara lebih bebas. Pelaksanaan
pengajaran mengarah pada ketuntasan belajar dan disesuaikan dengan kecepatan
belajar masing-masing anak didik. Posisi siswa ditempatkan sebagai subyek
belajar, yang terkenal dengan metode Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau
Student Active Leaming (SAL).
Pembelajaran
menggunakan pendekatan keterampilan proses. Keterampilan proses adalah
pendekatan belajar mengajar yang memberi tekanan kepada proses pembentukkan
keterampilan memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan perolehannya.
Pendekatan keterampilan proses diupayakan dilakukan secara efektif dan efesien
dalam mencapai tujuan pelajaran.
d. Kurikulum1994
Tujuan
pengajaran menekankan pada
pemahaman konsep dan
keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.
Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat
(berorientasi kepada materi pelajaran/isi). Dalam
pelaksanaan kegiatan, guru harus memilih dan menggunakan strategi yang
melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru
dapat memberikan bentuk soal yang mengarah kepada jawaban konvergen, divergen
(terbuka, dimungkinkan lebih dari satu jawaban), dan penyelidikan.
+ Komentar Pengunjung Catatan Tami + 5 Komentar Pengunjung Catatan Tami
terimakasihhh sangat membantuuu
Terima kasih JouLe atas Komentarnya di KURIKULUM DI INDONESIAThanks Sob....
Terima kasih Bagusbarcelonista4ever atas Komentarnya di KURIKULUM DI INDONESIASangat membantu.... :)
Twitter @Paklos_Cules
Fb Bagus Andika Suari
Sangat membantu... :)
Terima kasih Anonim atas Komentarnya di KURIKULUM DI INDONESIATerimakasih Banyak.....
sama-sama :)
Terima kasih Tami Kemala atas Komentarnya di KURIKULUM DI INDONESIAThanks
Terima kasih Unknown atas Komentarnya di KURIKULUM DI INDONESIA