PERILAKU NEGATIF PADA MASA REMAJA
oleh: KEMALA PURNA UTAMI
Remaja merupakan usia dimana seseorang berada pada masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju ke masa dewasa. Dengan pribadi yang belum matang atau masih labil, remaja sering menimbulkan masalah, baik bagi dirinya sendiri, keluarga, maupun masyarakat. Masalah yang timbul dikarenakan mereka belum berpengalaman dalam mengatasi masalahnya sendiri, sebab pada saat masih kanak-kanak masalah yang dihadapi lebih banyak diatasi oleh orang dewasa, yaitu orang tua atau guru.
Dewasa ini, perilaku menyimpang yang dilakukan remaja sering kita temukan. Kasus pencurian, penyalahgunaan narkoba, tawuran, kekerasan, hingga seks bebas di kalangan remaja sudah tidak asing kita dengar dan lihat beritanya. Menurut kacamata hukum, kasus-kasus tersebut termasuk tindak pidana karena sudah merupakan bentuk pelanggaran hukum. Namun, jika dipandang dari sisi psikologi perkembangan, kasus-kasus tersebut adalah bentuk kenakalan remaja. Di balik perilaku menyimpang yang dilakukan remaja, pasti ada faktor pendorong bagi mereka untuk berperilaku demikian. Seperti kasus tawuran yang kerap dilakukan para pelajar. Banyak faktor yang menyebabkan mereka untuk melakukan tawuran, antara lain faktor dari keluarga, pendidikan formal/sekolah, dan masyarakat.
Keluarga merupakan tempat yang pertama dan utama bagi anak untuk memperoleh pendidikan. Seorang remaja yang kerap melakukan aksi tawuran kemungkinan karena kurangnya perhatian dari orang tua. Kurangnya perhatian tersebut dikarenakan remaja tersebut tumbuh dan besar dalam keluarga yang tidak utuh (broken home) atau remaja tersebut memiliki orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya di luar rumah. Remaja yang kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua akan melampiaskan emosinya di luar rumah. Mereka mencari perhatian dari orang lain dengan berbagai cara agar mereka dipandang hebat oleh orang lain. Tawuran merupakan salah satu cara bagi mereka untuk melampiaskan emosinya dan mereka berpikir, dengan begitu orang akan menganggapnya sebagai jagoan. Sekolah juga ikut andil dalam membentuk pribadi remaja. Sekolah yang kurang memberikan nilai-nilai dan norma-norma kepada para siswa, berdampak pada kepribadian siswa. Tawuran yang sering kita dengar dan lihat beritanya, biasanya dilakukan oleh siswa yang berasal dari sekolah yang kurang berkualitas. Pendidikan di sekolah berkualitas dengan sekolah yang kurang berkualitas tentu akan berbeda. Sekolah yang berkualitas tidak hanya memberikan pendidikan akademik, namun juga memperhatikan moral anak didiknya. Selain keluarga dan sekolah, masyarakat juga memegang pengaruh besar dalam membentuk kepribadian anak. Remaja merupakan bagian dari masayarakat dan selalu mendapat pengaruh dari lingkungannya tersebut. Tidak semua pengaruh masyarakat bernilai positif bagi remaja, ada juga pengaruh negatif yang berdampak pada perubahan sosial pada diri remaja tersebut. Remaja yang kerap melakukan aksi tawuran, kemungkinan berasal dari masyarakat yang kesadaran terhadap norma masih rendah atau dari lingkungan masyarakat yang terbiasa melakukan aksi kejahatan. Dengan terbiasa melihat aksi-aksi kejahatan, remaja akan mengikutinya.
Perilaku menyimpang yang terjadi di kalangan remaja, seperti tawuram, perlu mendapat perhatian lebih. Kita tidak bisa melihatnya sebagai peristiwa yang biasa, sebab jika tidak dilakukan penangan secara khusus, semakin hari akan semakin bertambah kasus-kasus tawuran yang dilakukan remaja. Sebagai orang dewasa, kita wajib memberikan contoh yang baik bagi remaja. Dalam masa peralihan menuju masa dewasa, seorang remaja membutuhkan figur orang dewasa yang bisa dijadikan contoh dan panutan. Remaja belum sepenuhnya dapat mengatasi permasalahannya sendiri, mereka tetap mebutuhkan bantuan dari orang yang lebih berpengalaman. Kehadiran orang tua bagi remaja sangatlah dibutuhkan. Orang tua harus bisa memberikan pengarahan dan pengawasan kepada anaknya dalam memilih lingkungan pergaulan, sebab dengan siapa anak bergaul maka sangat berpengaruh terhadap pembentukan pibadi mereka. Namun, dalam hal ini bukan berarti orang tua menyuruh anak untuk memilih-milih teman, melainkan memberi batasan pada anak dalam pergaulan. Orang tua juga harus memberikan tanggung jawab kepada anak agar anak tahu apa yang menjadi hak dan kewajibannya, baik di rumah, di sekolah, maupun di masyarakat. Penanaman nilai-nilai moral dan pengenalan norma-norma juga wajib dilakukan oleh orang tua dan guru kepada remaja agar mereka mengetahui batasan-batasan dalam berperilaku. Tidak hanya orang tua dan guru, sebagai anggota masayarakat, kita juga harus peka terhadap perkembangan remaja dengan memberikan teladan bagi mereka agar mereka mempunyai sosok orang dewasa yang patut ditiru dan diteladani.