KURIKULUM DI INDONESIA

Penulis: Tami Hari: Minggu, 22 April 2012 Jam: 12:33:00 AM Label:

KURIKULUM 1968, 1975, 1984, dan 1994
A.  Persamaan
1.   Dirancang berdasarkan  landasan  yang  sama,  yaitu  Pancasila  dan  UUD  1945.
2. Tujuan dan isi kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan pada setiap tahunnya.
3. Peningkatan mutu pendidikan mencakup pengembangan dimensi manusia seutuhnya yakni aspek-aspek moral, ahlak, budi pekerti, perilaku, pengetahuan, kesehatan, ketrampilan, dan seni yang bermuara pada peningkatan dan pengembangan kecakapan hidup yang diwujudkan melalui pencapaian kompetensi peserta didik.

B.  Perbedaan
1. Tujuan Pendidikan Nasional
a. Kurikulum 1968
“Membentuk manusia Pancasilais sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan seperti yang dikehendaki oleh pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dan isi Undang-Undang Dasar 1945”.

b. Kurikulum 1975
“Membentuk manusia pembangunan yang berpancasila dan membentuk manusia Indonesia yang sehat jasmani dan rohani, memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab, dapat menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsanya dan mencintai sesama manusia sesuai dengan ketentuan yang bermaktub dalam Undang-Undang Dasar 1945”.
c. Kurikulum 1984
“Meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah airagar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa”.

d. Kurikulum1994
“Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.

2.  Tujuan Pendidikan Sekolah Dasar
a. Kurikulum 1968
1) Membentuk  manusia  Pancasila  sejati
2)Mempertinggi mental, moral, budi pekerti, dan memperkuat keyakinan agama.
3)Mempertinggi kecerdasan dan keterampilan.
4)Membina/ mempertimbangkan fisik yang kuat dan sehat.

b. Kurikulum 1975
Kurikulum  1975  menekankan  pada  tujuan,  agar  pendidikan  lebih  efisien  dan efektif.  “Yang melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manejemen,  yaitu MBO  (management  by  objective)  yang  terkenal  saat  itu.
Kurikulum  1975  secara umum mengharapkan lulusannya :
1) Memiliki sifat-sifat dasar sebagai warga negara yang baik.
2) Sehat jasmani dan rohani.
3) Memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap dasar yang diperlukan untuk melanjutkan pekerjaan, bekerja di masyarakat, dan mengembangkan, diri sesuai dengan asa pendidikan seumur hidup.

c. Kurikulum 1984
1) Mendidik murid agar menjadi manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila yang mampu membangun dirinya sendiri dan ikut bertanggung jawab terhadap pembangunan bangsa.
2) Memberi bekal kemampuan yang diperlukan bagi murid untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.
3) Memberikan kemampuan dasar untuk hidup di masyarakat dan mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan lingkungannya.

d. Kurikulum1994
1) Mencapai tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tiap perkembangan siswa dan kesesuaian dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kesenian.
2) Menekankan kemampuan dan keterampilan dasar baca-tulis-hitung (calistung), sebab kemampuan tersebut merupakan kemampuan awal yang akan mempengaruhi kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi lebih jauh.

3.  Ciri-ciri
a.Kurikulum 1968
1)  Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mashuri, SH (1968-1973).
2) Sifat kurikulum correlated subject.
3) Jumlah mata pelajaran SD 10 bidang studi, SMP 18 bidang studi (Bahasa Indonesia dibedakan atas Bahasa Indonesia I dan II), dan SMA jurusan A 18 bidang studi.
4) Penjurusan di SMA dilakukan di kelas II, dan disederhanakan menjadi dua jurusan, yaitu Sastra Sosial Budaya dan Ilmu Pasti Pengetahuan Alam (PASPAL).

b.   Kurikulum 1975
1) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mashuri, SH (1968 – 1973).
2) Sifat kurikulum Integrated Curriculum Organization.
3) Jumlah bidang studi di SD ada 9 bidang studi, SMP ada 11 bidang studi, dan SMA ada 11 bidang studi.
4) Penjurusan di SMA dibagi atas 3 jurusan, yaitu : jurusan IPA, IPS dan Bahasa. Penjurusan dimulai di kelas I pada permulaan semester II.

c.   Kurikulum 1984
1) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Dr. Nugroho Notosusanto (1983-1985).
2) Sifat kurikulum content based curriculum
3) Jumlah mata pelajaran di SD mencakup 11 mata pelajaran, SMP ada 11 mata pelajaran, dan SMA ada 15 bidang studi untuk program inti dan 4 bidang studi untuk program pilihan
4) Penjurusan di SMA dibagi atas 5 (lima) jurusan, yaitu : program A1 (ilmu fisika), program A2 (ilmu biologi), program A3 (ilmu sosial), program A4 (ilmu budaya), program A5 (ilmu agama).

d.   Kurikulum 1994
1) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan adalah Prof. Dr. Ing. Wadiman Djoyonegoro (1993-1998).
2) Sifat kurikulum objective based curriculum
3) Nama SMP dan SLTP kejuruan diganti menjadi SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama) dan nama SMA diganti SMU (Sekolah Menengah Umum)
4) Jumlah mata pelajaran di SD ada 9 mata pelajaran, SLTP ada 13 mata pelajaran, dan SMU ada 10 mata pelajaran.
5) Penjurusan di SMU dilakukan di kelas II dan dibagi atas tiga jurusan, yaitu jurusan IPA, IPS, dan Bahasa.
6) SMK memperkenalkan program pendidikan sistem ganda (PSG)

4. Mata Pelajaran di Sekolah Dasar
a. Kurikulum 1968
Ada tiga kelompok besar mata pelajaran, yaitu :
1.  Kelompok Pembinaan Jiwa Pancasila, meliputi pelajaran :
a) Pendidikan Agama
b) Pendidikan Kewargaan Negara
c) Pendidikan Bahasa Indonesia
d) Bahasa Daerah
e) Olahraga
2.Kelompok Pembinaan Pengetahuan dasar, meliputi pelajaran:
a) Berhitung
b) Ilmu Pengetahuan Alam
c) Pendidikan Kesenian
d) Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, termasuk ilmu kesehatan
3.Kelompok Pembinaan Kecakapan Khusus, meliputi pelajaran:
a)Kejuruan Agraria (pertanian, peternakan, dan perikanan)
b) Kejuruan Teknik (pekerjaan tangan dan perbengkelan)
c) Kejuruan Ketatalaksanaan atau Jasa (koperasi dan tabungan)
ö Semua mata pelajaran diberikan sejak kelas I, kecuali pelajaran Pendidikan Bahasa Indonesia yang diberikan mulai kelas III (bagi sekolah-sekolah yang menggunakan bahasa daerah sabagai bahasa pengantar di kelas I dan II)

b. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 mencakup 9 bidang studi, yaitu :
1.   Agama
2.  Pendidikan Moral Pancasila
3.  Bahasa Indonesia
4.  Ilmu Pengetahuan Sosial
5.  Matematika
6.  Ilmu Pengetahuan Alam
7.  Olahraga dan Kesehatan
8.  Kesenian
9.  Keterampilan Khusus
ö   Bidang studi Ilmu Pengetahuan Sosial tidak diberikan di kelas I dan II melainkan baru diberikan mulai kelas III.
ö Pendidikan Kesejahteraan Keluarga dan Pendidikan Kependudukan diintegrasikan ke dalam beberapa bidang studi yang relevan.
ö  Bahasa Daerah merupakan bagian dari bidang studi Bahasa Indonesia, khusus bagi sekolah di daerah yang memerlukan pelajaran Bahasa Daerah.

c. Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mencakup 11 mata pelajaran, yaitu :
1.      Pendidikan Agama
2.     Pendidikan Moral Pancasila
3.     Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa
4.     Bahasa Indonesia
5.     Matematika
6.     Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
7.     Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
8.     Olahraga dan Kesehatan
9.     Pendidikan Kesenian
10.   Keterampilan Khusus
11.    Bahasa Daerah
ö  Mata pelajaran Matematika tidak diberikan pada kelas I dan II melainkan baru diberikan mulai kelas III.
ö Pelajaran Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa diberikan hanya pada caturwulan ke-3 setiap tahunnya.
ö  Pelajaran Bahasa Daerah diberikan bagi daerah atau sekolah yang memberikan pelajaran Bahasa Daerah.

d. Kurikulum1994
Kurikulum 1994 mencakup 9 mata pelajaran, yaitu :
1.  Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
2. Pendidikan Agama
3. Bahasa Indonesia
4. Matematika
5. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
6. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
7. Kerajinan Tangan dan Kesenian
8. Pensisikan Jasmani dan Kesehatan
9. Muatan Lokal
ö Khusus mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) tidak diberikan di kelas I dan II melainkan mulai diberikan di kelas III.

5.Alokasi Waktu
a. Kurikulum 1968
Kelas I dan II      : 28 jam pelajaran, masing-masing jam       pelajaran 30 menit.
Kelas III, IV, V, dan VI  : 40 jam pelajaran, masing-masing       jam pelajaran 40 menit.

b. Kurikulum 1975
Kelas I    : 26 jam pelajaran
Kelas II   : 26 jam pelajaran
Kelas III : 33 jam pelajaran
Kelas IV  : 36 jam pelajaran
Kelas V    : 36 jam pelajaran
Kelas VI  : 36 jam pelajaran

c. Kurikulum 1984
Kelas I  : 28 jam pelajaran (ada Bahasa Daerah), 26 jam pelajaran (tanpa Bahasa Daerah)
Kelas II : 28 jam pelajaran (ada Bahasa Daerah), 26 jam pelajaran (tanpa Bahasa Daerah)
Kelas III : 35 jam pelajaran (ada Bahasa Daerah), 33 jam pelajaran (tanpa Bahasa Daerah)
Kelas IV : 38 jam pelajaran (ada Bahasa Daerah), 36 jam pelajaran (tanpa Bahasa Daerah)
Kelas V  : 38 jam pelajaran (ada Bahasa Daerah), 36 jam pelajaran (tanpa Bahasa Daerah)
Kelas VI : 38 jam pelajaran (ada Bahasa Daerah), 36 jam pelajaran (tanpa Bahasa Daerah)
Pelajaran Bahasa Indonesia pada catur wulan ke-1 dan ke-2 ada 8 jam pelajaran, sedangkan caturwulan ke-3 ada 7 jam pelajaran.

d. Kurikulum1994
Kelas I  :  30 jam pelajaran
Kelas II :  30 jam pelajaran
Kelas III  : 38 jam pelajaran
Kelas IV :  40 jam pelajaran
Kelas V  :  42 jam pelajaran
Kelas VI :  42 jam pelajaran

6. Materi
a. Kurikulum 1968
Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tidak mengkaitkan dengan permasalahan faktual dilapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan.

b. Kurikulum 1975
Materi pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI) yang pada saat itu dikenal dengan “Satuan Pelajaran”.

c. Kurikulum 1984
Pada kurikulum 1984 ada penyederhanaan materi pada setiap mata pelajaran sehingga mencakup materi yang penting-penting saja. Materi pelajaran dikemas dengan nenggunakan pendekatan spiral. Spiral adalah pendekatan yang digunakan dalam pengemasan bahan ajar berdasarkan kedalaman dan keluasan materi pelajaran. Semakin tinggi kelas dan jenjang sekolah, semakin dalam dan luas materi pelajaran yang diberikan.
Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa. Pemberian materi pelajaran berdasarkan tingkat kematangan mental siswa dan penyajian pada jenjang sekolah dasar harus melalui pendekatan konkret, semikonkret, semiabstrak, dan abstrak dengan menggunakan pendekatan induktif dari contoh-contoh ke kesimpulan. Dari yang mudah menuju ke sukar dan dari sederhana menuju ke kompleks.
Pelaksanaan pembelajaran muatan lokal dipadukan ke berbagai bidang studi seperti IPA, IPS, Bahasa Indonesia, Kesenian.

d. Kurikulum1994
Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan tingkat perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait dengan aplikasi kehidupan sehari-hari.
Materi muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing. Berbagai kepentingan kelompok-kelompok masyarakat juga mendesakkan agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum. Alhasil, kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum yang super padat.
 
 7.Pembelajaran
a. Kurikulum 1968
Metode pembelajarannya banyak dipengaruhi teori psikologi unsur. Penerapan metode eja pada pelajaran bahasa Indonesia, anak juga harus belajar melalui unsur-unsur lebih dahulu. Metode ini menjadi bertolak belakang ketika pemerintah mengenalkan matematika modern 1971. Padahal guru hanya menguasai ilmu hitung.

b. Kurikulum 1975
Metode, materi dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal dengan istilah Satuan Pelajaran”. Setiap pelajaran dijabarkan kedalam Tujuan Kurikuler”. Setiap pokok bahasan mata pelajaran diurai menjadi ” Tujuan Instruksional Umum”. Kemudian dari pokok bahsan ini dijabarkan kedalam satu bahasan yang melahirkan sejumlah tujuan instruksional khusus.
Kurikulum 1975 menganut pendekatan yang berorientasi pada tujuan, pendekatan integratif, pendekatan sistem, dan pendekatan ekosistem.
ö  Pendekatan yang berorientasi pada tujuan, maksudnya bahwa semua komponen kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan, yaitu tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional (tujuan Sekolah Dasar), tujuan kurikuler (tujuan bidang studi), dan tujuan intruksional (tujuan umum dan khusus).
ö  Pendekatan integratif, menekankan adanya keterpaduan atau kesatuan dari keseluruhan sistem pengajaran.
ö  Pendekatan sistem, dimaksudkan bahwa kurikulum merupakan suatu totalitas yang memiliki berbagai komponen yang saling berinteraksi dan saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan.
ö  Pendekatan ekosistem, maksudnya bahwa kurikulum senantiasa berorientasi atau didasarkan kepada tuntutan kehidupan dalam masyarakat yang sedang membangun.
Kurikulum 1975 juga menganut prinsip relevansi, prinsip efisiensi-efektivitas, prinsip fleksibilitas, prinsip kontinuitas, dan prinsip pendidikan sumur hidup.
ö  Prinsip relevansi
Suatu sistem pendidikan hanya akan bermakna apabila kurikulum yang dipergunakan relevan dengan kebutuhan dan tuntutan lapangan kerja.
ö  Prinsip efisiensi dan efektifitas
Kurikulum 1975/ 1976 menekankan kepada efisensi dan efektifitas penggunaan dana, daya dan waktu.
ö  Prinsip fleksibilitas
Pelaksanaan suatu program hendaknya didasarkan dengan mempertimbangkan faktor- faktor ekosistem dan kemampuan penyediaan fasilitas yang menunjang terlaksananya program.
ö  Prinsip berkesinambungan/ kontinuitas
Sesuai dengan tujuan institusional, siap mempersiapkan para siswa untuk berkembang menjadi warga masyarkat, tetapi juga dipersiapkan untuk mampu melanjutkan kesetiap jenjang pendidikan.
ö  Prinsip pendidikan seumur hidup
Dalam GBHN telah dirumuskan bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup. Pendidikan para siswa tidak cukup hanya di sekolah saja, sekalipun kesempatan belajar yang luas dan penting, melainkan harus dilanjutkan kemasyarakat.

c. Kurikulum 1984
Pada kurikulum 1984 guru dalam mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar serta menentukan cara penilaian sendiri secara lebih bebas. Pelaksanaan pengajaran mengarah pada ketuntasan belajar dan disesuaikan dengan kecepatan belajar masing-masing anak didik. Posisi siswa ditempatkan sebagai subyek belajar, yang terkenal dengan metode Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL).
Pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses. Keterampilan proses adalah pendekatan belajar mengajar yang memberi tekanan kepada proses pembentukkan keterampilan memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan perolehannya. Pendekatan keterampilan proses diupayakan dilakukan secara efektif dan efesien dalam mencapai tujuan pelajaran.

d. Kurikulum1994
Tujuan  pengajaran  menekankan  pada  pemahaman  konsep  dan  keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah. Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi). Dalam pelaksanaan kegiatan, guru harus memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal yang mengarah kepada jawaban konvergen, divergen (terbuka, dimungkinkan lebih dari satu jawaban), dan penyelidikan.



+ Komentar Pengunjung Catatan Tami + 5 Komentar Pengunjung Catatan Tami

27 September 2012 pukul 05.30

terimakasihhh sangat membantuuu

Terima kasih JouLe atas Komentarnya di KURIKULUM DI INDONESIA
7 April 2013 pukul 09.46

Thanks Sob....
Sangat membantu.... :)

Twitter @Paklos_Cules
Fb Bagus Andika Suari

Terima kasih Bagusbarcelonista4ever atas Komentarnya di KURIKULUM DI INDONESIA
Anonim
7 April 2013 pukul 14.59

Sangat membantu... :)
Terimakasih Banyak.....

Terima kasih Anonim atas Komentarnya di KURIKULUM DI INDONESIA
17 Oktober 2013 pukul 11.46

sama-sama :)

Terima kasih Tami Kemala atas Komentarnya di KURIKULUM DI INDONESIA
10 April 2019 pukul 08.29

Thanks

Terima kasih Unknown atas Komentarnya di KURIKULUM DI INDONESIA